Powered By Blogger

Sabtu, 01 Mei 2010

SURAT PENDEK

Kepada :
cinta yang berdiam di ingatanku..



aku mengingatmu pada malam yang berkabut. ada sunyi, ada rindu yang mengikuti arah angin kmana bergerak, lalu singgah pada pucuk pucuk dedaunan, bunga jeruk, lampu lampu merkuri di sepanjang jalan kotaku juga warna dikeheningan yang selalu tertangkap di wajahmu. apakah kita sama sunyinya bila tak lagi kau kupanggil sayang ataukah kesepian lebih memilihmu yang sendiri?

aku percaya, seperti juga kau, bahwa jarak dan rindu adalah doa doa panjang untuk sebuah pertemuan yang mungkin akan menjadi kesepian terlama dalam hidup sesudahnya. sebagaimana kau mencium aroma pagi di wajahku dan ku tatap engkau selagi kesunyian melagukan rindu, yang kerap malu malu datang di hati.

seberapapun jauhnya aku melangkah, tetap saja aku harus mundur selangkah untuk berdiam dan mengenangmu. segala tempat yang pernah ku isi bersamamu tetap saja terlalu penuh untuk ku isi dengan yang lain. betapa hitam dan kemaraunya aku tanpamu.

sayang,
aku sedang di rumah bunga. di bawah langit dan duduk mengingatmu. mencoba menghitung bintang sambil terus memikirkanmu. lihatlah, betapa kau selalu ada di dalam kepala, mengetuk ngetuk ingatanku seperti waktu yang terus berputar, seperti cinta yang terus dan selalu datang..


http://www.youtube.com/watch?v=ZQRg52rJCJY


Sebuah lagu tentang dirimu
Ketika matahari masih menjadi mimpi
Dan bulan penghangat tidur yang sepi
aku masih di sini,
Berteman kunangkunang
Mencuri curi doa untukmu
Ketika tuhan belum berkenan mempertemukan





BBP, 27/04/2010

WAHAI MALAM

dia masih setia mengganggu tidur dan jagaku
dan tak pernah benar benar menjadi kenangan..




bbp, 26/04/2010

HILANG

Sudah lama kau tak menuliskan puisi
Sejak kau hilang dalam langkahmu sendiri
Sejak kau tinggalkan batu dalam hatiku
Selama itu, pokok pokok limau dan lumut hijau
Tak pernah setia. Selalu tumbuh,
menyimpan jejak tua di sana

Kau yang selalu menunggang malam di punggungmu,
Aku ingin kau ada seperti dulu
Ketika matahari tenggelam dan menyisakan warna sepia pada wajah senja
Ketika itu kau dan aku adalah gaung gaung hitam
Yang mencoba untuk tak sekelam gelap itu

Dan kau yang menyimpan dahak seperti menyimpan mimpi pada rembulan,
Mengapa tak jua datang
Sudah lebih dari tujuh senja
Kau curi riang di wajahku
hiks hiks
Betapa sepi tangisku kini..








BBP, 29/042010